"Jamaah" Justin Bieber ??

Siapa diantara temen-temen yang nggak kenal Justin Bieber? Beberapa kali, nih bocah jadi trending topic di Twitter. Lagu-lagunya juga digemari, aksi panggungnya dinanti. Penggemarnya (baca: jamaahnya) hampir di seluruh dunia. Justin Bieber adalah salah satu idola remaja saat ini. Jamaahnya rela berbuat apa saja. Mulai dari ngunduh video dan lagu-lagunya, sampe nguber info apapun yang berkaitan dengan kehidupan Justin Bieber .

Sekarang, pastinya jamaah Justin Bieber makin bejibun. Mungkin salah satunya adalah kamu. Lalu, apa pentingnya masalah ini dibahas? Ada. Yakni, Nasyiah ingin mengajak teman remaja berpikir lebih mendalam tentang arti hidup. Hidup bukanlah main-main, bukan pula sekadar tumbuh, cari makan, menghibur diri, punya anak, jadi tua dan kemudian meninggal. Idih, sederhana banget. Apa nggak ada tujuan hidup lainnya selain itu? Ini penting banget. Apalagi di jaman sekarang, dimana manusia dibesarkan oleh segala kemudahan hasil rekayasa teknologi. Mau tidak mau, kita saat ini berhadapan dengan produk-produk manusia yang ‘dikendalikan’ oleh teknologi. Khususnya teknologi komunikasi dan informasi.
Teknologi ikut membesarkannya
Di Jazirah Arab jaman baheula, pembawa berita harus mengunakan kuda atau onta. Sementara burung merpati juga sering dimanfaatkan sebagai pengantar surat. Kebayang banget kan gimana komunikasi jaman dulu?

Tapi, teknologi informasi udah merevolusi cara kita berkomunikasi. SMS misalnya, asal kamu punya hp atau bisa juga hape pinjeman (tentu saja kalo pulsanya masih ada) bisa berkirim pesan kepada temanmu yang punya alat sejenis. Iya dong, mana bisa kirim SMS ke teman kamu yang nggak punya ponsel.

Bayangin juga, jaman tahun 80-an. Pastinya saat belum ada handphone dan internet (di negeri kita lho, mungkin aja di negara lain udah ada). Walah, jaman itu mau nonton dan dengerin lagu aja harus nunggu seminggu. Adanya di TVRI. Acaranya Kamera Ria atau Album Minggu Ini. Kadang ada juga Selecta Pop dan Aneka Ria Safari. Kalo di radio sih bisa tiap hari waktu itu juga.

Kalo sekarang? Yup, teknologi sudah mengubah segalanya. Mau dengerin lagu tinggal tongkrongin acara televisi. Tiap hari ada acara musiknya. Nggak puas, browsing di internet dan download lagu-lagu dari penyanyi idola. Mau lihat videonya juga bisa. Nggak cuma itu kamu pun bisa memasukkan musik dan video itu di ponsel kamu yang kapasitas memorinya ber-giga-giga bita itu. Gampang bin mudah alias gampang yang punya bapak mudah. Teknologi mengubah gaya hidup manusia dan menjadikan sebagiannya sebagai ‘dewa’ yang dipuja-puja dan banyak jamaah-nya. Dan, Justin Bieber salah satu di antaranya.

Oya, secara tidak langsung, kepuasaan yang temen-temen dapatkan dalam menikmati lagu-lagu dari penyanyi idola kita pastinya ikut membesarkan nama idola temen-temen juga kan. Betul nggak? Oke. Inilah yang Nasyiah maksud bahwa kita dibesarkan di abad media massa yang serba canggih dan memberikan pengaruh besar dalam tingkah laku kita semua. Selama itu positif sebenarnya nggak ada yang salah. Tetapi, kalo ada yang salah kemudian diikuti karena disebarluaskan secara bebas dan tanpa batas, maka itulah yang harus dikhawatirkan.

Siapa idola terbaik kita?
Soal idola ini emang seperti udah mendarah-daging dalam diri remaja. Pasalnya, emang banyak remaja yang begitu. Jujur aja, idola ABG banyak banget, dan kebanyakan yang dijadiin idola adalah kaum seleb. Nggak percaya? Di majalah-majalah remaja juga yang dieskpos selalu kaum seleb. Dari mulai gosipnya, gaya hidupnya, sampai karir mereka. Tentu saja itu dibuat dengan tujuan supaya remaja mengidolakannya. Awalnya mungkin cuma menanamkan simpati doang, tapi kan lama-lama remaja jadi keterusan seneng karena publikasinya yang dibuat seheboh mungkin. Makanya bisa kamu lihat, majalah remaja yang mengekspos kaum seleb pasti iklannya bejibun banget, karena emang banyak pembacanya.

Kenapa remaja sering terjebak untuk mengidolakan seseorang, ya? Ini berkaitan dengan naluri manusia, Sist !!. Dalam diri manusia itu ada naluri beragama. Lho apa hubungannya? Sebentar, kamu jangan dulu mengkerutkan dahi alias bingung bin pusing. Tenang. Begini, gharizah tadayyun (naluri beragama) ini diwujudkan dengan adanya upaya untuk mensucikan sesuatu atau menganggap sesuatu lebih dari dirinya. Misalnya aja, nenek moyang manusia di masa animisme dan dinamisme, mereka menyembah batu, pohon, dan kuburan. Hal itu dilakukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan akan naluri beragama mereka. Namun, karena cuma mengandalkan perasaannya doang—tanpa dibimbing wahyu dari Allah—maka yang terjadi adalah kesalahan. Mereka sih nggak ngeh kalo itu salah, yang penting bisa tenang karena merasa sudah terpenuhi. Habis perkara.

Sist, naluri ini ada dalam setiap orang. Orang yang atheis sekalipun sebetulnya memiliki naluri ini. Tapi, karena mereka nggak percaya adanya pencipta, maka pemenuhannya dialihkan kepada pahlawan-pahlawan mereka. Misalnya aja, orang Soviet yang atheis sering menyembah gambar atau patung pahlawan mereka seperti Lenin, Stalin, Karl Marx dan tokoh-tokoh lain yang dianggap sebagai pahlawannya. Pokoknya diagung-agungkan dan jadi sesembahan mereka. Ini membuktikan bahwa naluri itu emang ada dalam diri setiap manusia. Dan tentu saja orang-orang atheis ini merasa tenang dengan terpenuhinya naluri tersebut. Padahal kalo menurut aturan Islam, jelas pemenuhan naluri yang mereka lakukan salah banget. Mereka cuma mengandalkan perasaannya semata. Namun tidak memperhatikan hakikat di balik penciptaan makhluk-makhluk tersebut.

Nah, kamu yang mengidolakan kaum seleb; baik artis film dan sinetron, penyanyi, dan pemusik kudu hati-hati. Soalnya, bukan tak mungkin bila kemudian kamu lupa diri dan akhirnya tanpa sadar mengikuti gaya hidupnya. Pendek kata, kalo kamu sudah menganggap mereka tuntunan hidup kamu, berarti kamu telah menjadikan beliau-beliau sebagai “nabi”. Waduh, jangan sampe deh.

Jadi sekarang kamu mulai ngeh bahwa “pemujaan” terhadap idola  merupakan salah satu perwujudan yang salah dari naluri beragama. Malah dalam level tertentu bisa menjerumuskan kamu ke dalam kesyirikan, lho. Hati-hati ya! Dan ingat, persoalan nggak berhenti di situ aja. Kamu malah bisa “dituduh” oleh Islam telah menjiplak perilaku mereka dalam kehidupan kamu, jika setiap apa yang dilakukan oleh tokoh idolamu kamu ikuti dengan sepenuh hatimu. Yakni seluruh gaya hidupnya kamu contek abis—nggak satupun yang tersisa. Wah, bisa gaswat itu.
 
So, mulailah berpikir normal. Kita, kaum muslimin hanya tunduk pada syariat Islam. Kita,  hanya menjadikan Rasulullah SAW sebagai idola terbaik. Dan, kita harus menjadi jamaahnya kaum muslimin yang beriman dan taat syariat, bukan jamaahnya Justin Bieber. Siap ya?
Ingin berbagi artikel ini ?? silahkan submit ke Lintas Berita agar bisa dibaca oleh publik. Klik tombol di bawah ini, truz..,, login dulu ya...

Artikel Terkait



Tags:

nasyiahpati.blogspot.com

Ajang sharing dan silaturrahim muslimah Kabupaten Pati.